Minggu, 09 Mei 2010

Idiologi dan Persoalan Kebangsaan

Idiologi dan Persoalan Kebangsaan
Oleh Firdaus Muhammad*

“Bangsa dalam sejarahnya terbentuk dari komunitas masyarakat yang stabil atau tertentu, yang terbentuk berdasarkan sebuah kesamaan bahasa, teritori (wilayah), kehidupan ekonomi, dan perubahan psikologi, yang termanifestasikan dalam sebuah kebudayaan bersama”. Sebuah bangsa dalam sejarahnya tidak muncul secara tiba-tiba tetapi muncul dalam periode sejarah tertentu, yaitu masa munculnya kapitalisme (Joseph dalam pamfletnya Marxism and The National Question). Sebuah komunitas layak disebut bangsa jika memiliki empat syarat tertentu yang bersifat materialistik yang hanya muncul dalam formasi ekonomi kapitalistik. Persyaratan ini pula yang membedakan antara pengertian bangsa dengan suku dan gens. Jadi, bangsa bukanlah sebuah ekspresi psikologis yang terbentuk melalui kesamaan kesadaran subyektif, tetapi merupakan sebuah kenyataan obyektif seperti yang dikemukakan oleh Otto Bauer.
Suatu bangsa pada hakikatnya ingin melestarikan dirinya serta organisasi negaranya. Pelestarian ini memerlukan jaminan, baik yang langsung dapat dimanfaatkannya untuk mendukung pelestarian tersebut, antara lain berupa kebutuhan materiil dan spiritual, maupun yang tidak memberikan jaminan kepastian dan pengayoman, seperti lazimnya dalam hal jaminan yang berupa ketentuan moral maupun hukum (Carlton C. Rodee ;1995). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa keuletan dan kemampuan suatu bangsa dalam merespon gangguan dan ancaman itu merupakan kondisi dan sikap yang strategis. Dalam konteks inilah pergulatan ideologi bangsa untuk membangun ketahanan dan daya saing, terutama dalam percaturan global.
Kita tahu, belum sampai satu abad indonesia merdeka, namun problem kebangsaan yang dihadapi bangsa ini, begitu kompleks dan serius. Bila dirunut, basis masalah kebangsaan yang kita hadapi, niscaya berakar pada pudarnya nasionalisme dan patriotisme bangsa. bila hal ini tidak segera diatasi dengan pendekatan yang revolusioner, maka akumulasi dan komplikasi masalah kebangsaan ini akan semakin meningkat dan menjadikan keterpurukan bangsa Indonesia tidak bisa terelakkan lagi.
Masalah Kebangsaan yang di pacu dengan adanya berbagai ketidaksesuaian (kontradiksi) antara elemen yang satu dengan elemen lainnya dalam suatu bangsa dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang kuat yang merugikan elemen yang paling lemah dalam suatu bangsa. Dengan sebab tersebuat maka idiologi sebagai landasan dalam menangani bermacam-macam persoalan perlu ditamamkan pada diri pribadi mengenai pemahaman ideologi Pancasila dan UUD 1945, niscaya ini bisa menjadi sebuah gerakan bersama demi menjaga Indonesia agar tidak terpuruk karena pengaruh perkembangan global.
Ideologi adalah sebuah sistem nilai atau kepercayaan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh beberapa kelompok (Lyman Tower Sargent ;1987). Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh filsuf Prancis, Destutt de Tracy, pada 1796 untuk menjelaskan ilmu baru yang ia rancang mengenai analisis sistematik tentang ide dan sensasi, tentang makna turunannya, kombinasinya dan akibat yang ditimbulkannya. Seperti yang di ugkapkan Soedjatmoko dalam Seminar Sejarah Nasional yang pertama. Dalam ranah kebangsaan, ketahanan ideologi tersebut memerlukan semacam tilikan diri ke dalam untuk mengidentifikasi dan memetakan masalah yang selama ini menghambat aktualisasi dan implementasi pancasila. Di sini diperlukan kejujuran dan kecermatan dalam menilai dan menganalisis masalah yang sifatnya prinsipil, strategis, urgen, dan mana yang tidak.
Dalam ketahanan ideologi ini pula, pancasila harus dijadikan rasional tidak berarti "mempersoalkan" pancasila. Kita mencoba memahami spirit yang dikandung dalam revitalisasi dan rasionalisasi pancasila sebagai tekad dan gagasan kemajuan untuk memberikan semacam garansi bagi terbangunnya ketahanan ideologi secara terarah dan berkesinambungan. Dengan semakin banyaknya persoalan yang belum terselesaikan sampai saat ini, pembangunan nasional yang menyangkut sumber daya manusianya, sikap mental, integritas, dan kompetensi sebagai daya ungkap suatu bangsa dalam metap hari depan yang lebih baik. Seperti kemiskinan, kancah perpolitikan yang memanas, parlemen yang tidak beres mengurusi persoalan seperti kasus Century yang berlarut-larut dan hal ini akan berakibat pada meningkatnya risiko investasi di Indonesia.
Persoalan tersebut harus diselesaikan sebagai agenda yang mendesak untuk segera dikerjakan bersama-sama. Upaya seperti ini akan sangat memungkinkan untuk menghasilkan etos berbangsa dan bernegara dengan spirit ideologi pancasila, sehingga Indonesia mapan dalam merealisasi pembangunan nasionalnya.

*Mahasiswa Jurusan Teater Semester IV.

FORM DALAM ESTETIKA

FORM DALAM ESTETIKA
Oleh Firdaus Muhammad*

Filsuf A.G. Baumgarten (1714-1762) pada tahun 1750 memperkenalkan istilah estetika yang diambil dari bahasa Yunani kuno, aistheton, yang berarti “kemampuan melihat melalui penginderaan“. Baumgarten menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan, sedang tujuan logika adalah kebenaran.

Istilah Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762) melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta Encyclopedia 2001, 1999)

Baumgarten menggunakan instilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.

Keindahan merupakan pengertian yang didalamnya tercakup sebagai aktivitas kebaikan. Plato misalnya menyebutkan tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Berbicara mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Bangsa yunani membedakan pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symmetria’ khusus untuk keindahan berdasarkan penglihatan (seni rupa) dan ‘harmonia’ untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Sehingga pengertian keindahan dapat saja meliputi : keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual.

Keindahan secara murni, menyangkut pengalaman estetis seseorang dalam kaitannya dengan sesuatu yang dihayatinya. Sedangkan keindahan secara sempit menyangkut benda-benda yang dihayatinya. Sedangkan keindahan secara sempit menyangkut benda-benda yang dihayati melalui indera. Ciri-ciri umum yang ada pada semua benda dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Ciri umum tersebut adalah sejumlah kwalita yang secara umum disebut unity, harmony, symmetry, balance dan contrast. Ciri-ciri tersebut dapat dinyatakan bahwa keindahan merupakan satu cermin dari unity, harmony, symmetry, balance dan contrast dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.

Transformasi pengalaman yang bersifat langsung ataupun tidak langsung yang dialami oleh setiap orang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan pada pengungkapan sebagai rasa yang pas, selaras dan hanya muncul ketika seseorang berhadapan dengan sebuah karya seni. Hasil karya seni seorang seniman tidak akan menjadi sebuah karya seni, bila karya tersebut tidak memiliki bentuk bermakna.

Dalam musik abstrak, bentuk bermakna meliputi relasi antar nada, irama. Bell mengakui bahwa seni memeliki nilai intrinsik, dengan demikian isi (conten) menjadi tidak relevan. Dalam hipotesis metafisis, Bell juga membedakan antara keindahan material (material beauty) dicontohkan keindahan sayap kupu-kupu, dan bentuk bermakna (sebagai keindahan non material). bukankah keduanya yang diungkapkan Bell adalah keindahan dari aspek bentuk, namun kita dapat melihat perbedaannya bahwa objek sebagai mana adanya, melainkan merasakan sebagai bentuk murni (pure form). Sebagi contoh, rasa terhadap sebuah kursi tidak terkait dengan kursi sebagai sarana fisik bagi kehidupan atau tempat untuk duduk, melainkan sebagai bentuk murni. Pengalaman akan bentuk murni dapat terjadi bila kita melihat objek sebagai tujuan didalan dirinya sendiri. Melalui bentuk murnilah dia merasakan rasa estetisnya.

Menyoal keindahan melalui unsur material objek, kita akan menemukan universalitas didalam partikularitas. Inilah tanah air bagi semua mistikus dan matematikus, artis dan pecinta seni serta mereka yang mencapai ekstasi yang telah membebaskan mereka dari aroganisasi humanitas. Maka timbul sebuah pertanyaan “Apakah pengalaman estetis ini merupakan religius, pengalaman akan Yang Maha Kuasa?“. Bell memberijawaban, sebut saja dengan nama yang kamu suka, sesuatu yang sedang ku bicarakan berbedadibalik penampakan segala hal – yang memberi segala hal signifikasi individualnya.
Gambaran mengenai pemahaman akan sebuah makna keindahan Andrew Cecil Bradley mengungkapkannya dengan “puisi untuk puisi”. Bahwa penilayan estetis atas sebuah puisi tidak memerlukan hal-hal lain di luar puisi itu sendiri. Puisi memiliki tujuan dalam dirinya sendiri yang merupakan sebuah “dunia” yang utuh lengkap dan cukup diri. Tidak ada cara lain untuk menilai sebuah puisi melainkan menceburkan diri kedalam “dunia” puisi dimana semua prasangka harus dilepaskan bahwa puisi diciptakan dalam konteks kebudayaan tertentu yang masing-masing memiliki nilai religius, sosial dan sebagainya selain nilai estetis itu sendiri. Kita mengalami puisi sebagi puisi didalam dirinya sendiri. Bila bentuk diubah, maka puisi tidak lagi menjadi puisi melainkan hanya sekedar rangkayan kata-kata kognitif belaka, kehilangan nilai puitis. Hal ini menunjukkan bahwa distingsi bentuk-isi tidak berkalu didalam pengalaman faktual.

Logika tentang bentuk estetis diungkapkan oleh de Witt Henry Parker dengan menitikberatkan pada isi (conten) sebagai ungkapan emosi seniman sebagai tanggapan atas pengalaman atau objek. Dicontohkan oleh Parker, sekuntum bunga bagi ahli botani dilukiskan sebagai fakta ilmiah dingin. Tetapi bagi seorang pelukis, sekuntum bunga yang sama dilukiskan sebagai ungkapan fakta (material) yang sekaligus “dimuati“ dengan ungkapan subjektifnya (emosi, perasaan, tanggapan). Sekuntum bunga menjadi medium bagi pengungkapan emosi estetis, hasil ungkapannya adalah lukisan sekuntum bunga dengan memilih warna dan garis agar menghasilkan bentuk tertentu yang paling optimal dan tepat sebagai tindakan kognitif, yaitu memilih warna dan garis.

Dalam pengalaman estetis, tika tidak lagi menaruh perhatian pada bentuk dan isi atau arti, ide secara terpisah, melainkan dialami dalam satu kesatuan utuh yang sempurna. Kesatuan antara medium pikiran dan perasaan, kekuatan kata dan arti, nada dan musik, rasa, warna dan kekuatan. Dengan demikian Paker menyimpulkan, bahwa kesatuan atau harmoni bentuk dan isi merupakan prinsip dasar dan cermin bentuk estetis dengan menyusun asas yang disebutnya sebagi logika bentuk estetis. Enam asas yang disebutnya sebagi logika bentuk estetis oleh Paker meliputi : asas ketuhanan, tema, variasi tematik, asas keseimbangan, asas perkembangan, asas tata jenjang.

Fungsi menemtukan bentuk yang akan dibangun. Bentuk “mengabdi” pada fungsi. Keindahan sebuah bangunan – baik masjid, gereja, istana, museum, , candi – ditentukan oleh fungsinya sebagai bentuk yang akan dibangun. Seperti keindahan (bentuk) kapal ditentukan oleh fungsi (‘determinasi’ internal) dan adap tasi terhadap lingkungan demi survival (‘determinasi’ eksternal). Secara konkret misalnya, mengapa candi Borobudur yang indah itu didirikan? Haratio Greenough secara khusus menyelidiki bentuk-bentuk arsitektural , mengajukan pemikirannya, bahwa secara internal bentuk ditentukan oleh fungsi, sedangkan secara eksternal ditentukan oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Tanpa kedua unsur ini maka sebuah bangunan arsitektur tidak didirikan dan tidak akan bertahan lama. Pandangan Greenough ini berasal dari pengamatannya terhadap ciptaan alam, baik benda mati maupun benda hidup.

Berbeda dengan tokoh-tokoh terdahulu yang mengkaji bentuk sebagai bentuk, maka Mayer Secapiro meletakkan bentuk dalam arus sejarah. Untuk satu priode tertentu, terdapat bentuk dominan yang relatif konstan dan dapat dibedakan dari bentuk konstan pada priode yang lain. Bentuk kostan itu ini disebut style (gaya) yang merupakan pengungkapan personalitas penciptaan juga pengungkapan jiwa kebudayaan , jiwa zaman pada masa karya seni tersebut diciptakan seniman dan pandangan pandangan umum yang bersangkutan. Sebagai konsekuensi, perkembangan historis kebudayaan yang bersangkutan akan menyebabkan perubahan style secara histiris pula. Karena itu, style dapat menjadi sarana penting bagi – walaupun bukan satu-satunya bagi para sejarawan untuk keperluan priodesasi dalam sejarah seni dengan mempertimbangkan aspek style utama yang bersifat paling umum dan paling stabil yaitu, bentuk, relasi-relasi bentuk, kualitas.

* Mahasiswa jurusan teater STSI Bandung, aktivis dan penyair.

TEATER dan KREATOR TEATER

TEATER dan KREATOR TEATER
Oleh Firdaus Muhammad*

Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah dan pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat yang memiliki unsur-unsur teatrikal dan filosofis.

Teater dalam pengertiannya sebagai seni pertunjukan yang menampilkan lakon di atas pentas yang diperankan oleh aktor dan disaksikan oleh penonton, dan mampu mengungkapkan sebuah gagasan, baik secara tematik maupun secara visual. Dengan kata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan.

Seperti halnya bahasa, teater dapat menonjolkan atau membuat sesuatu yang aneh, asing, atau lain (make strange) unsur-unsur yang spesifik dari pemangungan sebagai cara untuk menciptakan makna yang lain sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi tanda. (Indarti, 2004 : 102).

Kerap kali terjadi didalam pertunjukan teater, gagasan tidak tersampaikan secara baik kepada apresiatornya, mengenai esensi yang diinginkan oleh kreatornya. Hal inilah kemudian menjadikan pertunjukan teater itu dianggap membingungkan. Dari persoalan tersebut, hal yang perlu di perhatikan oleh kreator-kreator teater adalah bagaimana didalam mengemas sebuah pertunjukan dan mampu mewujutkan keutuhan (unity) dari bentuk dan gagasan melalui medium-mediun yang divisualisasikan sehingga subtansi itu dapat diterima oleh penontonnya. Memang bukan pekerjaan mudah barangkali, wawasan dan wacana kreatornya pun perlu dipertanyakan. Sejauh mana ia menguasai wacana yang akan divisualisasikan dengan wawasan yang dia miliki.

Pengalaman individu seorang kreator teater yang harus peka akan lingkungannya, mengenai isu-isu sosial, politik, hukum, pendidikan, ekonomi, agama dan perkembangan isu-isu dunia lainnya. Sehingga kemampuan motorik dan fisikomotoriknya berkerja untuk mewujutkan gagasannya kedalam sebuah karya seni pertunjukan, melalui dipertimbangan citra-rasa yang diperoleh dari pengalaman inderawi dan sikap estetisnya.

Kreator teater biasanya dikenal dengan sebutan sutradara atau pemimpin pertunjukan, berkerja merencanakan sebuah pementasan, yaitu mulai dengan menentukan lakon, menganalisis lakon, menentukan pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan.

Keberhasilan sebuah pertunjukan teater mencapai takaran artistik yang diinginkan sangat tergantung oleh kepiawaian sutradaranya. Dengan demikian sutradara menjadi salah satu elemen pokok dalam teater modern. Oleh karena kedudukannya yang tinggi, maka seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan yang akan di sajikannya.

Ruang dialektika seorang kreator teater dalam mengasah kemampuannya, mengenai wacana kesenian sebagai investasi budaya menjadikan sebuah acuan untuk teater mengaktualisasikan masalah-masalah yang terkait di dalamnya. Di dalam tulisan ini saya menganbil salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Teatre For Developmen And Education (TDE) untuk menjembatani tulisan saya mengenai kreator teater dengan alasan bahwa konten yang ditawarkan oleh TDE mumpuni untuk diapresiasi oleh kalangan luas sebagai referensi keilmuan dalam teater.

Workshop Teatre For Developmen And Education (TDE) yang diselenggarakan di CCL (Celah Celah Langit) Bandung, bekerjasama dengan Teatre Embassy, KELOLA dan USP yang berlangsung selama tiga hari (9 – 11 April 2010) lalu. Tema yang diusung adalah “Teater Lingkungan”, dengan berbagai materi yang disampaikan diantaranya : Penjelasan Apa Itu TDE oleh Ekbert Wits, Wawasan Budaya oleh Prof. Jakob Sumarjo, Wawasan Lingkungan oleh T. Bachtiar. Didalam worshop, materi game-geme yang merangsang sensibilitas dan sensitivias juga dilakukan seperti game “bola lempar, sebutkan namamu dan nama yang dilempar bola” dan masih banyak game yanglainnya dipandu oleh Iman Soleh.

* Mahasiswa jurusan teater STSI Bandung, aktivis dan penyair.

Sabtu, 08 Mei 2010

Profile Sanggar Seni Ngengade


Nama : Sanggar Seni Ngengade
Alamat : Jl. Sriwijaya (Lrg. H.Mahmud) Kuala Tungkal – Jambi 365111

Telp : 0852 669 18347

Email : sanggarseningengade@yahoo.co.id


Sanggar Seni Ngengade dideklarasikan pada 31 Maret 2007 oleh pemuda-pemuda Tanjung Jabung Barat yang mencakup dari berbagai aliansi. Diantaranya, Nanang Maulana, Muhammad Firdaus S.E, Julaidi, Iwan Suhendra, Agung Gumelar, M. Iqbal. Keanggotaannya dari pelajar, mahasiswa, dan wiraswasta. Dari kesamaan tekat yang akan dibangun dan digagas bersama, maka Sanggar Seni Ngengade didirikan sebagi kantung budaya untuk wadahi ide dan gagasan para anggotanya. Sebagai wadah bersama untuk pematangan, pemberdayaan dan pengelolaan karya-karya seni pertunjukan lintas disiplin seni dan lintas profesi dan mempunyai efek pada dinamika kehidupan sosial.

Sanggar Seni Ngengade adalah sebuah komunitas belajar berbasis seni, seperti teater, tari, penulisan kreatif dan musik, berkedudukan di Kuala Tungkal.

Visi dan misi Sanggar Seni Ngengade adalah menjadi wadah kreativitas yang terbuka dan produktif, untuk menyuarakan, memperkaya dan meluaskan penjelajahan seni, dengan cara menjalin dan memfasilitasi kerjasama antar penggiat seni dengan masyarakat marjinal dan mempromosikan potensi kreatifnya melalui jalan seni.

Sanggar Seni Ngengade ingin menjadi mediator, fasilitator dan promotor yang representatif untuk pencapaian kreativitas lintas disiplin seni dan profesi dari pertemuan gagasan keunikan individu dan tanggung jawab riset untuk melahirkan bermacam seni pertunjukan.

Rabu, 03 Februari 2010

WORKSHOP KEAKTORAN

A. TUBUH

1. Relaksasi

Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.

Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespon sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien.

2. Ekspresi

Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respon terhadap segala sesuatu. Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.

Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun.

3. Gesture

Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi).

4. Gestikulasi

Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan sehari-hari.

5. Olah Mimik

Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara berkesinambungan.

Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.

6. Olah Tubuh

Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.

Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan actor cirebon dengan masres (sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,.

Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat.

Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada Emosi bagi pemeran yang sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa Organ suara maka se-orang yang mampunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku.

Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari Inter Akting (Gerakan Dalam).

Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh actor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, Berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomime, Tata Rias.

B. SUARA

Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (actor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.

Pernafasan Diafragma

Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap nafas, hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat nafas dihembuskan kembali.

Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui diaphragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernafasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.

Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernafasan dalam pemeranan (acting), yaitu:

Latihan 1.

- Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.

- Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang disamping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks.

- Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.

Latihan 2

- Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri.

- Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan nafas pada diaphragma.

- Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.

- Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).

- Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini.

- Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur

Olah Vokal

Vokal (Suara) dan Spech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan.

Menurut Henning Nelms tentang Spech ada lima :

1. Menyalurkan kata-kata Drama kepada penonton.

2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.

3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social, jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.

4. Mengendalikan perasaan penonton.

5. Melengkapi variasi.

Tahap Pertama

Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.

Tahap Kedua.

Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.

Tahap ketiga

Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.

Tahap keempat.

Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui teriakan.

Latihan Olah Vokal melalui latihan Spech (ucapan)

1. Diksi

Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.

Cobalah :

p----- p----- p------

pp---- pp---- pp-----

ppp-- ppp-- ppp----

pppp- pppp- pppp--

ppppp bbbbb ppppp

b----- b----- b------

bb---- bb---- bb-----

bbb-- bbb-- bbb----

bbbb- bbbb- bbbb--

bbbbb ppppp bbbbb

(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)

Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.

Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.

2. Tekanan

Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.

Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda sebelum dan sesudahnya.

Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya.

3. Bentuk Ucapan

Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.

Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.

4. Memuncak

Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping,memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.

Olah Vokal

Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok. Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika actor tekun melatih perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya.

(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)

Kemampuan Vokal bagi seorang actor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.

Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi actor, merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog.

Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan actor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.

Melalui vocal seorang actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.

Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi stabil dan efektif dalam menunjang pembentukan suara.

(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)

Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas => hembuskan perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai.

Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga tidak “over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.

Pengucapan

Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.

Alat-alat tersebut antara lain:

  1. Bibir

Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.

  1. Lidah

Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:

- Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang

- Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.

- Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.

- Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.

  1. Rahang

Membantu pembentukan rongga mulut.

Lakukan latihan-latihan seperti ini:

- Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.

- Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin cepat.

- Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.

- Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.

- Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya

  1. Langit-langit

Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:

- Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.

- Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.

Pembentukan Suara

Nafas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang actor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.

Seorang actor juga harus bisa mengolah beberapa warna vocal sesuai tuntutan scenario, seperti:

- Menaikkan dan menurunkan volume suara.

- Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.

- Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.

- Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.

Latihan 1:

- Tariklah nafas dan keluarkan seperti angina.

- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek nafas tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.

- Tariklah nafas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana kandungan nafas dan suara yang keluar.

- Tariklah nafas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.

- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.

Latihan 2 :

- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya).

- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain sebagainya).

- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.

Latihan 3 :

- Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.

- Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.

- Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah.

- Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara).

- Cobalah acting dengan teks.

- Hindari ketegangan-ketegangan.

Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari “Institut des Arts Spectaculaires” (INSAS) di Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya, Ryszard Cieslak, pada tahun 1966.

Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang dapat dicatat yakni dalam orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.

Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan actor adalah penting. Dengan dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: “Inti teater adalah actor, perbuatan-perbuatannya, dan apa yang dapat ia capai”. Skema pelajarannya dan pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman secara metodik menuju kepada teknik-teknik actor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung.

Latihan-latihan Vokal

Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik actor maupun penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami apabila ia telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah mereka yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus “tidak terlihat dan tidak terdengar” oleh murid-murid.

Stimulasi atas Suara

Setiap actor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia boleh berteriak.

Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara mereka, sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca. Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski.

Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.

Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan, mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.

Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan: “seperti seekor sapi gemuk”

Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan. Murid-murid membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada murid sedang berpikir dalam latihan.

Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:

1. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

3. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).

4. Suara dada (diproyeksi di depan actor)

5. Suara perut (menghadap kelantai)

Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas actor); the small of the back (menghadap ke dinding di samping actor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya)

Grotowski tidak membiarkan actor beristirahat sebentarpun. Ketika actor sedang membaca, ia berkeliling membaca stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskanimpuls-impuls yang terbawa oleh suara.

Ritme latihan sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vocal saja. Suatu latihan relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap.

Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman dekat Grotowski selalu memberikan contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid dengan penuh latihan.

Latihan “Macan”

Latihan ini untuk membuat si actor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan, menyusun suara parau dalam acting.

Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor macan yang sedang menyerang mangsanya. Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan.

Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti itu adalah penting sekali dalam latihan ini.

Grotowski : “Sini, lebih dekat …teks…teriak… saya adalah seekor macan, bukan kau…. Saya akan menelan kau….”

Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara penuh. Sungguh hebat bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malu-malu menjadi lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi, kata-kata tidak timbul secara mudah.

Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam hal ini menunjukan bahwa mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk “mengistirahatkan” organ-organ suara. Grotowski menganggap bahwa “vocal relaxation” adalah sangat penting , terutama bagi mereka yang berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara pendidikan Grotowski yang keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan latihan. Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa dalam keseluruhan proses latihan.

Latihan “King-Kong”

Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” pada nada yang sangat tinggi dan tempo yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada tinggi.

Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memperoleh hasil yang luar biasa dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk Grotowski, murid-murid mencapai skala vocal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan keadaan itu karena banyak wajah-wajah murid yang nampaksurprise.

Latihan “La-La”

Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian Grotowski merebahkan diri, terlentang diri, terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai alternatip suara kepala, perut dan dada.

Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di perut.

Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.

(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai intonasi yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki).

Grotowski memulai lagi dengan serangkaian latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang pertama.

1. Simulasi vocal keluar dari resonator-resonator yang berbeda

2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).

5. Suara dada (diproyeksi di depan actor)

6. Suara perut (menghadap kelantai

Suara-suara yang keluar dari:

a. sepasang bahu (menghadap kelangit-langit di samping actor)

b. the small of the back (menghadap dinding disamping actor)

c. the lumber region (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya)

Latihan Berikutnya

Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:

a. Intonasi

b. nuanasa-nuansa

c. pitch

Tiba – tiba grotowski kembali kepembicaraan teks secara normal/ biasa

Macan

Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda kemajuan yang nampak kalau dibandingkan dengan yang sebelumnya. Latihan vocal sekarang dibarengi dengan gerak mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan.

C. JIWA

Jiwa

Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.

Konsentrasi

Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.

Persiapan seorang actor

Seorang actor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan perhatian.

Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.

Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan. Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang mereka dengar.

Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam.

Tapi kita tidak bisa memaksakan pada seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan.

Bagaimana cara untuk mencapai ini?

Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.

Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.

Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang actor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.

Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus memiliki arti yang mendalam.

Terakhir, actor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok dengan karakter yang diperankannya.

Observasi dan Empati

Observasi atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat, tempat, objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang actor. Ketika mengamati orang-orang actor seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur permainan.

Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang actor, hubungan langsunga dapat terjadi antara actor dan penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang actor. Sebagai contoh, saat seorang teman kehilangan seseorang yang dicintainya, respon empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya.

Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya seorang actor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan.

Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings), dan pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter. Seorang actor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru saat berada di atas panggung.U

2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi.

3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.

Aksi dan Emosi

Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang dari organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar. “Emosi timbul secara otomatis” dan terikat dengan aksi yang dihasilkan dari konfrontasi manusia dengan dunianya. Aktor tidak menciptakan emosi karena emosi akan muncul dengan sendririnya lantaran keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah.

Motivasi

Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus keadaan bagaimanapun adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung diarahkan untuk mencetuskan suatu perasaan demi perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak diindahkan, maka anda tidk akan memperoleh apapun. Hanya kedangkalan saja. Jika kita memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan perasaan dan bathin anda. Jangan mencoba memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata hanya untuk kepentingan perasaan itu aja. Semua perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu dalam-dalam dan hasilnya akan datang sendiri. Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakan-gerakan konvensional, semuanya ini merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi.

Tips:

Anda harus mampu bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh, penggambaran artistic dari realita dunia actual kedalam dunia imajinasi. Untuk memperoleh hubungan antara actor dan tokoh yang digambarkan, anda harus mendekatkan pada sumber-sumber yang dekat dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa dicapai, maka kita akan merasakan dorongan dan rangsangan dari dalam.

Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri dalam aksi si tokoh imajiner yang telah ditempatkan di tengah-tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan menciptakan kehidupan baru. Kita akan dibawa kedunia bawah-sadar, menyadari hal-hal dalam permainannya yang sebelumnya tidak disadari sama sekali. Ini merupakan rangsangan “dunia bawah-sadar yang kreatif ”yang paling pokok adalah anda telah memainkan dunia bawah sadar kreatif melalui tehnik yang disadari. Setelah ini bisa disatukan dalam pikiran dan imajinasi, barulah anda bisa menciptakan dunia baru dan mulai memainkannya dengan penuh motivasi dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasukan pikiran kita dalam karakter toloh kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita peroleh dari pengarang dn sutradara. Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual dan fisik, emosi kita jujur dan sebagai hasil kita memperoleh aktivitas yang betul-betul produktif, semuanya berjalin dengan implikasi sebuah lakon.

Imajinasi:

Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang actor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte yang akan dimainkan sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter. Metode ini merupakan proses imajinasi dimana di actor melakukan identifikasi dengan karakter tokohnya. Di setiap identifikasi dengan karakter tokohnya, si actor harus melihat pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup yang paling relevan untuk ditransver ke pengalaman hidup yang dimiliki si karakter. Si actor harus mampu menyelidiki asal mula dirinya sendiri untuk dapat tulus dan jujur pada realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi, sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya itu mungkin ada. Bagi seorang actor, proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya.

Pertama, anda memaksa imajinasi anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu, anda coba merenung tanpa suatu objek yang menarik bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah pikiran anda pasif. Dalam imajinasi, aktifitas yang intens sangatlah penting. Awalnya datang gerakan dari dalam, kemudian gerakan luar.

Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan latihan, anda harus memiliki catatan mengenai gambaran tokoh dan tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu anda harus memiliki suatu gasi gambaran yang batin yang kuat. Imaji-imaji bain ini akan menciptakan suasana yang sesuai dan mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap berada dalam batas-batas lakon itu.

Mengembangkan imajinasinya

Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman yang paling sensitive. Apa yang paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda.

Jika anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit untuk mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat khas, kualitas, perhatian, yang khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan, dimana, kenapa, bagaimana) yang anda ajukan sendiri tatkala ia mendorong kesanggupannya untuk menemukan sesuatu yang baru guna membuat gambaran yang lebih jelas dari sebuah kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu melakukan semua usaha intelektual dan disadari ini. Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah pendekatan secara sadar dan dengan akal pada imajinasi seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup palsu yang tak berdarah. Seni acting menghendaki supaya seluruh harkat seorang actor terlibat secara aktif, supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada peran yang ia mainkan. Anda harus merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara intelektual, karena imajinasi yang tidak punya substansi.

………………vvv…………………

CIPTA TUNGGAL

(Referensi lain tentang olah sukma atau meditasi , sekedar intermezzo, cukup dibaca aja)

(diambildari www.jawapalace.org)

cipta bermakna: pengareping rasa, tunggal artinya satu atau difokuskan ke satu obyek. Jadi Cipta Tunggal bisa diartikan sebagai konsentrasi cipta.

1. Cipta, karsa ( kehendak ) dan pakarti ( tindakan ) selalu aktif selama orang itu masih hidup. Pakarti bisa berupa tindakan fisik maupun non fisik, pakarti non fisik misalnya seseorang bisa membantu memecahkan atau menyelesaikan masalah orang lain dengan memberinya nasehat, nasehat itu berasal dari cipta atau rasa yang muncul dari dalam. Sangatlah diharapkan seseorang itu hanya menghasilkan cipta yang baik sehingga dia juga mempunyai karsa dan pakarti/tumindak yang baik, dan yang berguna untuk diri sendiri atau syukur -syukur pada orang lain.

2. Untuk bisa mempraktekkan tersebut diatas, orang itu harus selalu sabar, konsestrasikan cipta untuk sabar, orang itu bisa makarti dengan baik apabila kehendak dari jiwa dan panca indera serasi lahir dan batin. Ingatlah bahwa jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan api, angin, tanah dan air.

3. Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :

a. Minumlah segelas air dingin dipagi hari, siang dan malam sebelum tidur, air segar ini bagus untuk syarat dan bagian-bagian tubuh yang lain yang telah melaksanakan makarti.

b. Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur di negeri tropis sehari dua kali.

c. Jangan merokok terlalu banyak.

d. Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit daging, perlu diketahui daging yang berasal dari binatang yang disembilah dan memasuki raga itu bisa berpengaruh kurang baik, maka itu menjadi vegetarian ( tidak makan daging ) adalah langkah yang positif.

e. Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, narima dan eling. Janganlah terlalu banyak bersenggama, seminggu sekali atau dua kali sudah cukup.

4. Berlatihlah supaya cipta menjadi lebih kuat, pusatkan cipta kontrol panca indera. Tenangkan badan ( heneng ) dengan cipta yang jernih dan tentram ( hening ) Bila cipta bisa dipusatkan dan difokuskan kearah satu sasaran itu bagus, artinya cipta mulai mempunyai kekuatan sehingga bisa dipakai untuk mengatur satu kehendak.

5. Buatlah satu titik atau biru ditembok atau dinding ( . ) duduklah bersila dilantai menghadap ke tembok, pandanglah titik itu tanpa berkedip untuk beberapa saat, konsentrasikan cipta, kontrol panca indera, cipta dan pikiran jernih ditujukan kepada titik tersebut. Jangan memikirkan yang lain, jarak mata dari titik tersebut kira-kira tujuh puluh lima sentimeter, letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan itu dengan santai.

6. Lakukan latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi demikian juga pada sore hari sebelum mandi tarik nafas dengan tenang dalam posisi yang enak.

7. Lakuakan olah raga ringan ( senam ) secara teratur supaya badan tetap sehat, sehingga mampu mendukung latihan olah nafas dan konsentrasi.

8. Hisaplah kedalam badan Sari Trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara masih bersih, lakukan sebagai berikut :

Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah

10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu I : 3 kali

15 detik 10 detik 15 detik 40 detik minggu II : 3 kali

20 detik 10 detik 20 detik 50 detik minggu III : 3 kali

26 detik 08 detik 26 detik 60 detik minggu IV : 3 kali

9. Untuk memperkuat otak tariklah nafas dengan lobang hidung sebelah kiri dengan cara menutup hidung sebelah kiri dengan cara menutup lobang hidung sebelah kanan dengan jari, lalu tahan nafas selanjutnya keluarkan nafas melalui lobang hidung sebelah kanan, dengan menutup lobang hidung sebelah kiri dengan jari.

Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah

4 detik 8 detik 4 detik 16 detik minggu I : 7 kali

10 detik 7 detik 10 detik 27 detik minggu II : 7 kali

10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu III & IV : 7 kali

20 detik 20 detik 20 detik 60 detik minggu V : 7 kali

10. Karsa akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dituruti dengan benar, praktekkan samadi pada waktu malam hari, paling bagus tengah malam ditempat atau kamar yang bersih. Kontrol panca indera, tutuplah sembilan lobang dari raga, duduk bersila dengan rilek, fokuskan pandangan kepada pucuk hidung. Tarik nafas, tahan nafas, dan keluarkan nafas dengan tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu dengarkan suara nafas. Pertama-tama akan dirasakan sesuatu yang damai dan apabila telah sampai saatnya orang akan bisa berada berada dalam posisi hubungan harmonis antara kawula dan Gusti ALLAH

11. Cobalah lakukan sebagai berikut :

a. Lupakan segalanya selama dua belas detik

b. Dengan sadar memusatkan cipta kepada dzat yang agung selama seratus empat puluh detik.

c. Jernihkan pikiran dan rasa selama satu, dua atau tiga jam ( semampunya)

12. Tujuh macam tapa raga, yang perlu dilakukan

a. Tapa mata, mengurangi tidur artinya jangan mengejar pamrih.

b. Tapa telinga, mengurangi nafsu artinya jangan menuruti kehendak jelek.

c. Tapa hidung, mengurangi minum artinya jangan menyalahkan orang lain

d. Tapa bibir, mengurangi makan artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain

e. Tapa tangan, jangan mencuri artinya jangan mudah memukul orang

f. Tapa alat seksual, mengurangi bercinta dan jangan berzinah

g. Tapa kaki, mengurangi jalan artinya jangan membuat kesalahan

13. Tujuh macam tapa jiwa yang perlu dilakukan

a. Tapa raga, rendah hati melaksanakan hanya hal yang baik

b. Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat

c. Tapa nafsu, tidak iri kepada sukses orang lain, tidak mengeluh dan sabar pada saat menderita

d. Tapa jiwa, setia tidak bohong, tidak mencampuri urusan orang

e. Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso

f. Tapa cahaya, bersifat luhur berpikiran jernih

g. Tapa hidup, waspada dan eling

14. berketetapan hati

a. tidak ragu-ragu

b. selalu yakin orang yang kehilangan keyakinan atas kepercayaan diri adalah seperti pusaka yang kehilangan yoninya atau kekuatannya

15. Menghormati orang lain tanpa memandang jenis kelamin, kedudukan, suku, bangsa, kepercayaan dan agama, semua manusia itu sama : saya adalah kamu ( tat twan asi ). Artinya kalau kamu berbuat baik kepada orang lain, itu juga baik buat kamu, kalau kamu melukai orang lain itu juga melukai dirimu sendiri.

16. Sedulur papat kalimo pancer

Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat (saudara empat) yang selalu menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus mempunyai hubungan yang serasi dengan mereka yaitu :

a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.

b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.

c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah

d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.

Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat papat lima tengah, ( empat jurusan yang kelima ada ditengah ). Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena perjuangan ibu saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan rasa ibu sesudah selamat melahirkan si jabang bayi. Secara mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa brata ( laku spiritul yang sungguh-sungguh )

17. Tingkatkan sembah, menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti juga menghormati dan memujaNYA, istilah lainnya ialah Pujabrata. Ada guru laku yang mengatakan bahwa seseorang itu tidak diperkenankan melakukan pujabrata, sebelum melewati tapabrata.

a. Sembah raga

Ini adalah tapa dari badan jasmani, seperti diketahui badan hanyalah mengikuti perintah batin dan kehendak. Badan itu maunya menyenag-nyenangkan diri, merasa gembira tanpa batas. Mulai hari ini, usahakan supaya badan menuruti kehendak cipta yaitu dengan jalan: bangun pagi hari, mandi, jangan malas lalau sebagai manusia normal bekerjalah. Makanlah makanan yang tidak berlebihan dan tidur secukupnya saja: makan pada waktu lapar, minum pada waktu haus, tidur pada waktu sudah mengantuk, pelajarilah ilmu luhur yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.

b. Sembah cipta

1. Kamu harus melatih pikiranmu kepada kenyataan sejati kawula mengenal Gusti.

2. Kamu harus selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan benar, kontrollah nafsumu dan taklukan keserakahan. Dengan begitu rasa kamu akan menjadi tajam dan kamu akan mulai melihat kenyataan.

Berlatih cipta sebagai berikut :

1. akukan dengan teratur ditengah, ditempat yang sesuai.

2. Konsentrasikan rasa kamu

3. Jangan memaksa ragamu, laksanakan dengan santai saja

4. Kehendahmu jernih, fokuskan kepada itu

5. Biasakanlah melakukan hal ini, sampai kamu merasa bahwa apa yang kamu kerjakan itu adalah sesuatu yang memang harus kamu kerjakan, dan sama sekali tidak menjadi beban

Kini kamu berada dijalan yang menuju ke kenyataan sejati, kamu merasa seolah-olah sepi tidak ingat apapun, seolah-olah badan astral dan mental tidak berfungsi, kamu lupa tetapi jiwa tetap eling ( sadar ) itulah situasi heneng dan hening dan sekaligus eling kesadaran dari rasa sejati. Ini hanya bisa dilaksanakan dengan keteguhan hati sehingga hasilnya akan terlihat.

c Sembah jiwa

Sembah jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa yang mendalam menggunakan jiwa suksma yang telah kamu temui pada waktu pada heneng, hening dan eling, ini adalah sembah batin yang tidak melibatkan lahir. Apabila kamu melihat cahaya yang sangat tenang tetapi tidak menyilaukan itu pertanda kamu sudah mulai membuka dunia kenyataan. Cahaya itu adalah pramana kamu sendiri, kamu akan merasa yakin pada waktu bersamadi, kamu dan cahaya itu saling melindungi.

d. Sembah rasa artinya sejati ( rasa sejati )

1 Kita bisa mengerti dengan sempurna untuk apa kita diciptkan dan selanjutnya apakah tujuan hidupmu.

2. Kita akan mengerti dengan sempurna atas kenyataan hidup dan keberadaan semua mahluk melalui olah samadi atau memahami Sangkan Paraning Dumadi, hubungan harmonis antara kawula dan Gusti layaknya seperti manisnya madu dan madunya, tidak terpisahkan.

Nyinau ngilmu kedah ngertos ilmunipun

Ilmu bebukanipun sarana pikir

Ngilmu lelabetan kalian laku

Olehipun sampurna kedah kekalih

Menawi sampun lajeng kagunaknya

Adamel uruping sasamya

Samodraning guna agesang

PENGANTAR AKTING DASAR

Teknik elementer

Teknik Muncul

Seorang aktor Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan –TEKNIK OF ENTRANCE - , yaitu teknik seorang pemain untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak atau satu adegan. Barang kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain sudah berada duluan di atas pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia munculo pertama kali seorang diri diatas pentas seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka.

Tekinik muncul ini penting karena ia lakukan dalam keadaan kesan ( Imprese) menerbitkan ke inginan tahuan penonton kepada sang pemain, bagaiman ia melakukan aktifitas penonton akan lebih dapat menikmati dalam bermain.

Ketika di dalam naskah “ PANEMBAHAN RESO “ ( W.S Rendra ). Ada adegan pesta pora di Istana, jaga baya terburu-buru dating menghadap Raja membawa surat Panji- Tumbal.

Jagabaya : Yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.

Raja Tua : Reso bawa dia kemari.

Reso : baik,yang mulia. Mari kamu ! bicara

Jagabaya : Hamba memimpin pasukan pengawal istana hari ini. Seorang pasukan menggebu dengan kuda. Ia datang dari Tegal Wurung membawa surat panji tumbal untuk Sri baginda, sedang ia sendiri selesai bicara langsung melompat ke punggung kuda, dan setelah mohon maaf karena ia sendiri di buru oleh urusan maha gawat lalu melaju di telan debu.

Raja Tua : bawa kemari surat itu.

Muncul Jagabaya membawa surat Panji Tumbal ayang diserahkan kepada raja tua, supaya l;ebih memberi pendalaman watak permainan maka peranan tersebut harus dapat menyesuaikan alur irama permainan yang sedang – brjalan.

Jagabaya : ( Melangkah beberapa langkah menuju arah ke-arah Raja Tua, dengan tergesa-gesa ).

Jagabaya : yang mulia, hamba menghadap

Untuk mempersenbahklan surat

( menunggu beberapa saat reaksi Raja Tua ) Didalam naskah “ OIDIPUS REX “ ( Sopholes ) adanya adegan Ratu Jocosta yang keluar dari istana denga tergesa-gesa untuk memisah pertengkaran oidpus dengan creon sambil berseru :

Jocosta : Bencana ! Bencana ! kenapa para pangeran bersenketa, sedang negara dalam bencana.

Akan lebih megesankan lagi apabila pemeran jocosta muncul, dengan setengah berlari sambil berseru

Jocosta : Bencan ! Bencana !

( lalu berhenti sekejap dua kejap sambil memandang tajam pada oidipus dan creon sanbil maju ke tengah-tengah di antara oidipus dan creon sambil mengucapkan sisa kalimat ) klenapa para pangeran bersengketa, sedang negara dalam bencan.

Teknik memberi isi

Sebuah kalimat akan tersa mempunyai kesan apabila di beri isi atupun tekanan, dalam istilah bahasa inggris di namakan:THE TECHNIQUE OF PHRASING.

Pada kalimat “ Gayanya itu “. Bisa mengandung bermacam-macam pengertian, jika di ucapkan dengan cara tertentu, dapat menjadi dari orang yang mengucapkan.

Ada tiga macam cara memberikan tekanan pada isi kalimat.

Perrtama dengan tekanan DINAMIK

Kedua dengan tekanan NADA

Ketiga dengan tekanan TEMPO.

Tekan Dinamik

Tekanan keras dalam pengucapan, dalam berbicara biasanya orang akan menekan kata-kata yang di anggap penting.

“ saya akan pergi kekantor ( bukan ke rumah )

“ siapa wanita tadi ( bukan laki-laki )

“ saya yang mengatakan ( bukannya dia )

Tekanan Nada

Tekan tinggi rendahnya dalam pengucapan suatu kata. Pada sebuah kalimat:

“ Apa “.

( bisa merupakan arti pertanyaan dan bisa pula. Dan bisa pula berupa teguran, bergantung dari ucapan ).

“ Gila “

( bisa berarti makian, bisa sekaligus pujian).

Tekana nada lebih mencerminkan ISI PERASAAN – dari pada pikiran.

Tekanan Tempo

Tekan lambat dan cepat nya mengucapkan sebuah kata dalam kalimat, sepperti juga halnya tekanaan tempo sangat berarti apabila ia di pergunakan untuk menjelaskan ISI PIKIRAN. Di dalam suasan SEDIH tempo pengucapan akan LAMBAT. Pada suasana genbira tempo pengucapan akan CEPAt.

“ saya muak sekali mendengar kata-katanya “.

( tempo di gunakan dengan lambat )

“ senang benar saya menerima suratnya “.

( tempo di gunakan dengan cepat )

teknik me,beri Isi yang lainnya dengan mempergunakan ANGGOUTA BADAN dan BADAN. Pengguna angguta badan – dan badan ini bisa menjadi GERAK, AIR MUKA, dan SIKAP. Yang di maksud Gerak; ialah gerakan anggouta badan, pernyataan perasaan dan oikiran melalui gerakan JARI, GENGGAMAN TELAPAK TANGAN, LAMBAYAN TANGAN, BAHU dkk.

Dari kleseluruhan semua anggouta badan, telapakj tangan. Jari-jarilah yang piling pokok di gunakan.

Teknik pengembangan

Teknik pengembangan dapat di capai dengan menggunakan melalui pengucapan dan jasmani.

Pengucapan : 1. Menaikkan volume suara.

2. Menaikkan tinggi suara.

3. Menaikkan kecepatan tempo suara.

4. mengurangi volume tinggi nada, kecepatan tempo suara.

Menaikkan tempo suara dalam berdialog, dari nada rendah terus naik ke nada tinggi. Tempo kaliamat dapat di cepatkan.

Mengurangi volume tinggi kecepatan tempo suara, apabila terjadi anti klimak.

Jasmani :

1. Menaikkan tingkat posisi Posisi jasmani. Kepala menunduk menjadi tengadah. Tangan terkulai menjadi teracung. Sikap berbaring menjadi duduk. Duduk menjadi jongkok, jongkok menjadi berdiri.

2. Dengan cara berpaling. Memalingkan kepala, tubuh (torso) serta badan.

“Aku putramu creon. Jadi selama adil dan bijaksana, aku akan patuh dan setia. Tak mungkin aku menganggap pekawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.”

Kalimat-kalimat tersebut dapat di sisi dengan tindakan-tindakan.

“Aku putramu creon. Jadi selama anda adil dan bijaksana”.

(Memalingkan kepala kearah creon.) aku akan patuh dan setia (sekejab memberikan jeda, lalu memalingkan tubuh) Tak mungkin aku menganggap perkawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.

3. Dengan cara berpindah tempat.

Berpindah dari kiri ke kanan, dari belakang ke depan, dari bawah ke atas.

4. Dengan melakukan gerakan anggauta badan. Tanpa melakukan perobahan tempat, pemeranan dapat melakukan pegembangan dengan melalui melambaikan tangan, mengembangkan jari, mengepal tinju, menghentakan kaki, mengagguk-anggukan kepala. Dll.”Jangan lagi menyebut nama Indadid, saripah. Ia sudah sirna dari masa lajang u. Lima purnama yang lalu di Bukit Selasih, dia mengguna-gunaai suntil iparku. Dan sudah berulang egkau lupa. Lain kali janganlah lupa, kau adalah istriku (Kalimat ini walaupun oleh si pemeran mengucapkan sambil duduk, dapat di lakukan dengan beberapa gerakan.)

5. Dengan air muka. Perobahan-perobahan air muka dapat mencerminkan perkembangan emosi si pemeran

TEKHNIK MEMBERI PUNCAK

Puncak ialah ujung tanjakan pengembangan, perkembangan adegan-adegan yang memuncak (klimak).

Dibawah ini 4 (empat) cara membina puncak.

1. Dengan menahan INTENSITAS EMOSI.

Emosi baru dapat di capai pada tingkat puncak dalam memainkan adegan kejengkelan dan Kemarahan sang pemain harus dapat menahan, demikian pula dengan kegembiraannya yang tidak terlalu tinggi

2. Dengan menahan reaksi terhadap perkembangan ALUR.

“Rang Garda seorang mucikari, dia tahu sedang dikejar-kejar oleh Matt Dilon. Dari kota-kekota lain. Ia menyembunyikan diri, tetapi mat dilon selalu menguntitnya. Akhirnya dikota lama Matt Dilon memergokinya di sebuah warung puja sera. Ia tidak bisa menghindar lagi, sekarang ia menghadapi sangseng yang ia takuti, yang selama beberapa purnama selalu merongrong hidupnya. Pemeranan yang memainkan! Rang Garda harus menahan kegugupannyaa sebelum klimak di kota lama.

3. Dengan teknik bermain bersama

4. Dengan Penempatan pemain

TIMING

Yang dimaksud dengan timing adalah ketepatan hubungan gerakan jasmani yang berlangsung sekejab dengan kata atau kalimat yang diucapkan.

TEKHNIK PENONJOLAN

Upaya memilah bagian mana yang perlu ditonjolkan senjata teknisnya adalah SUARA PENGUCAPAN dan JASMANI nya.

TAKARAN PERAN DALAM PEMERANAN

Sebagai seorang pemain haruslah mempunyai kejelian dalam memillih atau menapsiran pada warna naskah.

TEMPO PERMAINAN

Merupakan cepat atau lambatnya permainan.

IRAMA PERMAINAN

Merupakan gelombang yang naik turun, longgar kencangnya gerakan, atau suara-suara yang terjadi dengan teratur.

MENCIPTAKAN PERAN

Melalui pendekatan imajinatif (spontan daan otomatis) dan terperinci (mengumpulkan keterangan-keterangan)

Cara nya adalah

Pertama ; Kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus di lakukan oleh peran yang bersaangkutan.

Kesdua : Kumpulkanlah watak sifat sang peran, lalu hubungkan dengan tindakan-tinddakan pokok yang harus di kerjakan, lalu yang mana yang harus ditonjolkan

Ketiga : Carilah pada naskah Ucapan-ucapan yang meskipun tersirat dapat ditimbulkan maksudnya.

Keempat : Carilah pada naskah hal-hal yang mana sifat sifat tersebut untuk dapat kesempatan di tonjolkan.

Kelima : Ciptakanlah gerakan-gerakan air muka, sikap dan langkah yang bisa menyatkan WATAK-WATAK yang termaksud di atas.

Keenam : CIPTAKANLAH TIMING yang tepat agar gerakan tersebut sinkron.

Ketujuh : Dimana diperhitungkan Teknik pengucapan untuk memberikan tekanan daaan penonjolan pada watak tersebut.

Kedelapan : Rancangkanlah garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak dapat menurun sesuai dengan aturrannya dan pada tindakan yang terkuat hubungan pula pada atak yang terkuat pula.

RESPON

Respon sangat penting (yang datangnya dr rasa spontan, yan lahir dari jiwa terdalam ier ackting).

Pertama respon dengan tanggapan-tanggapan cerita

Kedua respon pada tanggapan lingkungan

Ketiga Tanggapan kepada teman-teman bermain.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.

Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.

Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005.